13/01/13

#Kenangan Di Rumah Pohon#

Hallo hai, sorry ya aku jrang nge-post....
Kali ni aku nge-post cerpen...
Tpi maaf ya klo cerpenya gaje, n jelek  :
SELAMAT MEMBACA :D



Siang hari ini udara sangat panas, terlihat dari kejauhan 2 orang anak sedang bermain basket “Eh..sini cepet lempar bolanya!” Kata Shiren salah satu anak itu “Ni masih berusaha tahu.” Jawab Aldo anak satunya lagi. “Ren…kayaknya mau hujan nih, pulang yuk,nanti kehujanan lagi” “Halah, bilang aja kalau takut kalah!” “Ya udah kalau mau hujan-hujanan terserah kamu, tapi aku mau pulang dulu, nanti kamu bawa bolanya!” Sambil berjalan meninggalkan Shiren. “Ok…ok…ok ayo pulang, tapi tungguin dulu dong!” Shiren mengambil bola basket dan berlari mengejar Aldo yang sudah sangat jauh.

                Di jalan suasana menjadi hening, tiba-tiba “DUARR” “Aaaaa…” Shiren menutup telinga dan matanya, saat membuka semula Aldo ada di sampingnya sudah nggak ada entah kemana. “Aldo…kamu dimana aku takut ni.” Shiren memanggil manggil nama Aldo dengan cemberut dan kelihatan akan menangis. Tiba-tiba ada yang menyentuh bahu Shiren “Waaa…….Hantuuuu!” Shiren langsung berlari “Hei, Shiren ni aku Aldo.” Shiren lalu berhenti dan melihat kebelakang, ternyata itu memeng Aldo.
                “Ih, kamu tu ngaget ngagetin aja.” “Kamu takut ya? Ih, masak gitu aja takut!” Aldo mengejek Shiren. “Nggak kok.” Shiren menangapinya dengan biasa-biasa saja, biasanya kalau di ejek dia marah habis habisan. Aldo melihat muka Shiren, dia merasa bersalah telah membuat Shiren ketakutan sampai menangis. Tapi saat Aldo ingin minta maaf Shiren langsung berlari. Malam itu hujan belum juga reda, ditambah lagi mati lampu.
                “Kukuruyuk…kukuruyuk…kukuruyuk” bunyi alarm Aldo. Aldo segera bangun dan bersiap siap pergi ke sekolah. Dia pergi ke sekolah naik sepeda. “Hai Do, sorry ya kemarin aku, Ririn, sama Brian nggak basket soalnya ada tugas kelompok yang belum selesai, maaf ya.” Kata Tere teman bermain basket sekaligus teman sekelas Aldo. “Ok, aku maafin! ngomong-ngomong Shiren mana? “ Kata Aldo. “Ehm…ehm!” “Ih, ngapain sih kamu! Ini serius lo.” “Shiren lagi sakit.” Jawab Tere.
                Pulang sekolah Aldo, Tere, Ririn, Brian menengok Shiren dengan membawa sekeranjang buah dan bronis kesukaan Shiren.
                Sebelum ke rumah Shiren, Aldo memberi undangan ulang tahun kepada teman-temanya dengan dibantu Brian.
                Suasana di rumah Shiren sangat sepi, ternyata hari ini Shiren dibawa ke rumah sakit. Aldo bingung masak cuma gara-gara kehujanan sampai dibawa ke rumah sakit. “Yah, gimana nih?” Kata Ririn “Kalau mau ke RS sekarang aku sama Brian nggak bisa soalnya kita mau nyiapin buat tugas drama besok.” Kata Tere.”Ok…ok…ok besok aja kita ke Rumah Sakitnya.” Sambung Aldo. “Sip bos!”.
                Di rumah Aldo di beritahu mamanya kalau Shiren masuk Rumah Sakit, lalu Aldo berKata “Emang kenapa sih Shiren itu Mam?” “Saat hujan kemarin dia belum pulang, kayaknya masih ke makam neneknya, terus sakit deh.” Jawab mamanya “Tapi masak Cuma gitu aja sakit sampai ke Rumah Sakit!” “Weh, kamu tu temanya malah nggak tahu! katanya tu saat Shiren menuju ke rumahnya dia ketabrak motor.”
                Setelah tahu apa yang terjadi Aldo merasa dia sangat bersalah, kalau aja dia nggak nakut-nakutin Shiren pasti Shiren nggak bakalan kaya gini.
                Hari ini adalah hari ulang tahun Aldo, tapi hari ini juga Aldo tidak bahagia. Ini semua karena dia masih memikirkan Shiren, karena bagaimanapun juga Shiren adalah teman dari kecil dan sudah dianggap sebagai adiknya sendiri.
                Saat di jalan seperti ada yang menutup mata Aldo dan membawanya ke sebuah tempat. Saat di buka ia melihat di depanya ada sebuah lapangan basket dan terdapat rumah pohon. Saat ia melihat ke belakang ternyata Shiren dan teman-teman lainya berdiri membawa sebuah kue dan beberapa hadiah sambil menyanyikan lagu selamat ulang tahun.
                Tapi langit kelihatanya sudah mendung dan mereka memutuskan untuk berteduh di rumah pohon. “Eh, aku boleh Tanya nggak.” Kata Aldo “Tanya apa?” “Siapa yang sudah buatin ini semua?” semua teman-temanya Aldo menJawab “Shi…ren!” “Tapi kan katanya kamu sakit Ren” Aldo bertanya “Aku nggak ingin melewatkan ulang tahun sahabatku.”  Di rumah pohon itu ulang tahun Aldo menjadi sangat meriah bahkan orang tuanya ikut merayakan.
                Ketika semua sedang asyik menikmati perayaan ulang tahun Aldo, Aldo dan Shiren berdiri di pinggir lapangan dan berbincang-bincang .
                “Ren, kok kamu takut petir sih?” “Enggak kok! Masak aku takut sama petir nggak mungkin.” “Duarr” “Aaaaaaaaa….” Shiren menjerit karena ada suara petir.”O…jadi nggak takut petir ya?” ejek Aldo. “Ya aku ngaku, aku emang takut petir, itu karena dulu sewaktu aku masih kecil aku melihat seseorang pernah tersambar petir, dan itu adalah nenekku sendiri.”
                Suasana menjadi hening sebentar “Woy, kamu masih berani nggak ngelawan aku?” Kata Shiren “Ni udah mau hujan lagi, nanti kamu sakit lagi deh.” Jawab Aldo “Aldo, kan udah ada rumah pohon! Kita bisa berteduh di sana.” “Ya udah deh ayo.”
                “Ah capek, udah dulu yuk?” keluh Aldo, “Hah, cuma gitu 1 jam aja belum ada udah capek,ya udah deh istirahat aja, aku mau nyampein sesuatu sama kamu. ” “Nyampein apa?” Sesaat kemudian Shiren mengeluarkan benda berbentuk hati yang berukirkan sebuah nama.”Renal apa tuh?” Tanya Aldo “Renal itu Shiren Aldo.” Jawab Shiren “O…jadi kamu suka aku ya?” ledek Aldo “Euyh, nggak mungkin lah!” “La kalau gitu buat apa?” Shiren mulai menjelaskan sambil menunjuk-nunjuk benda berbentuk hati itu“Gini lo, anggap aja ini aku dan kamu, dan seandainya aku pergi nanti kamu nggak usah nangis, soalnya aku masih ada di hati mu, makanya aku buat nama kita di hati ini.” (sambil menunjuk tulisan di benda berbentuk hati itu)
                Di malam yang sunyi ini Aldo nggak bisa tidur, entah kenapa ia terus memikirkan Shiren. Dia berfikir bahwa hari ini hari yang sangat menakjubkan. Tapi belum sempat dia membayangkan hal-hal yang dilakukan dia hari ini suara telepon berbunyi. “Halo.” “Halo, apakah ini Aldo” “Iya, pasti ini Shiren?” “Em…iya, Do, aku udah siap untuk pergi, jangan lupa kata-kataku tadi ya.” “Pergi kemana?..eh halo….halo…halo, di tutup.”
                Di pagi yang cerah Aldo harus menikmatinya dengan kesedihan karena sahabatnya Shiren telah meninggal, dia tidak pecaya mendengar kabar itu tapi bagaimanapun juga itu benar benar terjadi. Setelah pemakaman ia datang ke tempat dimana biasanya mereka bermain yaitu di rumah pohon.
                “Jadi ternyata arti pergi yang diucapkan Shiren yaitu pergi tuk selama-lamanya.” Batin Aldo dalam hati, “Duk…duk…duk.” “Shiren, eh maaf aku kira Shiren ternyata kamu Ter.” Kata Aldo “Do, udah jangan nangis terus, walaupun kamu nangis Shiren nggak bakal balik.” Tere menasehati Aldo “Iya aku tahu tapi aku masih belum rela.”
                “Udah…udah, kita puang aja yuk nanti mamamu marah.” Mereka berjalan dengan pelan-pelan.”Eh, tunggu dulu.” Aldo mengambil hadiah ukiran nama Sherin dan Aldo dan di paku di dalam rumah pohon.” “Renal?apa itu?” Tanya Tere “Sherin Aldo.” Jawab Aldo “Oh…maaf?” “Ya nggak apa apa kok.”
                10 Tahun kemudian,
                “Eh…sini  kasih ke aku!” “Sini…sini…aku aja!” anak-anak bermain ceria di lapangan basket yang terletak di dekat rumah pohon. Ada seorang pemuda yang tampan sedang mengelus-elus sebuah benda yang terpaku di dinding dalam rumah pohon “Ren, lihat tempat ini jadi sangat rame berkat jasamu, kamu pasti senang ya di sana, tunggu aku ya Ren.” Ternyata pemuda itu adalah Aldo.Aldo telah menjadi pemuda yang tampan dan sukses juga tegar. Tapi setiap ingat Sherin pasti dia merasa bersalah dan menyesal. 

THE END :D





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

13/01/13

#Kenangan Di Rumah Pohon#

Hallo hai, sorry ya aku jrang nge-post....
Kali ni aku nge-post cerpen...
Tpi maaf ya klo cerpenya gaje, n jelek  :
SELAMAT MEMBACA :D



Siang hari ini udara sangat panas, terlihat dari kejauhan 2 orang anak sedang bermain basket “Eh..sini cepet lempar bolanya!” Kata Shiren salah satu anak itu “Ni masih berusaha tahu.” Jawab Aldo anak satunya lagi. “Ren…kayaknya mau hujan nih, pulang yuk,nanti kehujanan lagi” “Halah, bilang aja kalau takut kalah!” “Ya udah kalau mau hujan-hujanan terserah kamu, tapi aku mau pulang dulu, nanti kamu bawa bolanya!” Sambil berjalan meninggalkan Shiren. “Ok…ok…ok ayo pulang, tapi tungguin dulu dong!” Shiren mengambil bola basket dan berlari mengejar Aldo yang sudah sangat jauh.

                Di jalan suasana menjadi hening, tiba-tiba “DUARR” “Aaaaa…” Shiren menutup telinga dan matanya, saat membuka semula Aldo ada di sampingnya sudah nggak ada entah kemana. “Aldo…kamu dimana aku takut ni.” Shiren memanggil manggil nama Aldo dengan cemberut dan kelihatan akan menangis. Tiba-tiba ada yang menyentuh bahu Shiren “Waaa…….Hantuuuu!” Shiren langsung berlari “Hei, Shiren ni aku Aldo.” Shiren lalu berhenti dan melihat kebelakang, ternyata itu memeng Aldo.
                “Ih, kamu tu ngaget ngagetin aja.” “Kamu takut ya? Ih, masak gitu aja takut!” Aldo mengejek Shiren. “Nggak kok.” Shiren menangapinya dengan biasa-biasa saja, biasanya kalau di ejek dia marah habis habisan. Aldo melihat muka Shiren, dia merasa bersalah telah membuat Shiren ketakutan sampai menangis. Tapi saat Aldo ingin minta maaf Shiren langsung berlari. Malam itu hujan belum juga reda, ditambah lagi mati lampu.
                “Kukuruyuk…kukuruyuk…kukuruyuk” bunyi alarm Aldo. Aldo segera bangun dan bersiap siap pergi ke sekolah. Dia pergi ke sekolah naik sepeda. “Hai Do, sorry ya kemarin aku, Ririn, sama Brian nggak basket soalnya ada tugas kelompok yang belum selesai, maaf ya.” Kata Tere teman bermain basket sekaligus teman sekelas Aldo. “Ok, aku maafin! ngomong-ngomong Shiren mana? “ Kata Aldo. “Ehm…ehm!” “Ih, ngapain sih kamu! Ini serius lo.” “Shiren lagi sakit.” Jawab Tere.
                Pulang sekolah Aldo, Tere, Ririn, Brian menengok Shiren dengan membawa sekeranjang buah dan bronis kesukaan Shiren.
                Sebelum ke rumah Shiren, Aldo memberi undangan ulang tahun kepada teman-temanya dengan dibantu Brian.
                Suasana di rumah Shiren sangat sepi, ternyata hari ini Shiren dibawa ke rumah sakit. Aldo bingung masak cuma gara-gara kehujanan sampai dibawa ke rumah sakit. “Yah, gimana nih?” Kata Ririn “Kalau mau ke RS sekarang aku sama Brian nggak bisa soalnya kita mau nyiapin buat tugas drama besok.” Kata Tere.”Ok…ok…ok besok aja kita ke Rumah Sakitnya.” Sambung Aldo. “Sip bos!”.
                Di rumah Aldo di beritahu mamanya kalau Shiren masuk Rumah Sakit, lalu Aldo berKata “Emang kenapa sih Shiren itu Mam?” “Saat hujan kemarin dia belum pulang, kayaknya masih ke makam neneknya, terus sakit deh.” Jawab mamanya “Tapi masak Cuma gitu aja sakit sampai ke Rumah Sakit!” “Weh, kamu tu temanya malah nggak tahu! katanya tu saat Shiren menuju ke rumahnya dia ketabrak motor.”
                Setelah tahu apa yang terjadi Aldo merasa dia sangat bersalah, kalau aja dia nggak nakut-nakutin Shiren pasti Shiren nggak bakalan kaya gini.
                Hari ini adalah hari ulang tahun Aldo, tapi hari ini juga Aldo tidak bahagia. Ini semua karena dia masih memikirkan Shiren, karena bagaimanapun juga Shiren adalah teman dari kecil dan sudah dianggap sebagai adiknya sendiri.
                Saat di jalan seperti ada yang menutup mata Aldo dan membawanya ke sebuah tempat. Saat di buka ia melihat di depanya ada sebuah lapangan basket dan terdapat rumah pohon. Saat ia melihat ke belakang ternyata Shiren dan teman-teman lainya berdiri membawa sebuah kue dan beberapa hadiah sambil menyanyikan lagu selamat ulang tahun.
                Tapi langit kelihatanya sudah mendung dan mereka memutuskan untuk berteduh di rumah pohon. “Eh, aku boleh Tanya nggak.” Kata Aldo “Tanya apa?” “Siapa yang sudah buatin ini semua?” semua teman-temanya Aldo menJawab “Shi…ren!” “Tapi kan katanya kamu sakit Ren” Aldo bertanya “Aku nggak ingin melewatkan ulang tahun sahabatku.”  Di rumah pohon itu ulang tahun Aldo menjadi sangat meriah bahkan orang tuanya ikut merayakan.
                Ketika semua sedang asyik menikmati perayaan ulang tahun Aldo, Aldo dan Shiren berdiri di pinggir lapangan dan berbincang-bincang .
                “Ren, kok kamu takut petir sih?” “Enggak kok! Masak aku takut sama petir nggak mungkin.” “Duarr” “Aaaaaaaaa….” Shiren menjerit karena ada suara petir.”O…jadi nggak takut petir ya?” ejek Aldo. “Ya aku ngaku, aku emang takut petir, itu karena dulu sewaktu aku masih kecil aku melihat seseorang pernah tersambar petir, dan itu adalah nenekku sendiri.”
                Suasana menjadi hening sebentar “Woy, kamu masih berani nggak ngelawan aku?” Kata Shiren “Ni udah mau hujan lagi, nanti kamu sakit lagi deh.” Jawab Aldo “Aldo, kan udah ada rumah pohon! Kita bisa berteduh di sana.” “Ya udah deh ayo.”
                “Ah capek, udah dulu yuk?” keluh Aldo, “Hah, cuma gitu 1 jam aja belum ada udah capek,ya udah deh istirahat aja, aku mau nyampein sesuatu sama kamu. ” “Nyampein apa?” Sesaat kemudian Shiren mengeluarkan benda berbentuk hati yang berukirkan sebuah nama.”Renal apa tuh?” Tanya Aldo “Renal itu Shiren Aldo.” Jawab Shiren “O…jadi kamu suka aku ya?” ledek Aldo “Euyh, nggak mungkin lah!” “La kalau gitu buat apa?” Shiren mulai menjelaskan sambil menunjuk-nunjuk benda berbentuk hati itu“Gini lo, anggap aja ini aku dan kamu, dan seandainya aku pergi nanti kamu nggak usah nangis, soalnya aku masih ada di hati mu, makanya aku buat nama kita di hati ini.” (sambil menunjuk tulisan di benda berbentuk hati itu)
                Di malam yang sunyi ini Aldo nggak bisa tidur, entah kenapa ia terus memikirkan Shiren. Dia berfikir bahwa hari ini hari yang sangat menakjubkan. Tapi belum sempat dia membayangkan hal-hal yang dilakukan dia hari ini suara telepon berbunyi. “Halo.” “Halo, apakah ini Aldo” “Iya, pasti ini Shiren?” “Em…iya, Do, aku udah siap untuk pergi, jangan lupa kata-kataku tadi ya.” “Pergi kemana?..eh halo….halo…halo, di tutup.”
                Di pagi yang cerah Aldo harus menikmatinya dengan kesedihan karena sahabatnya Shiren telah meninggal, dia tidak pecaya mendengar kabar itu tapi bagaimanapun juga itu benar benar terjadi. Setelah pemakaman ia datang ke tempat dimana biasanya mereka bermain yaitu di rumah pohon.
                “Jadi ternyata arti pergi yang diucapkan Shiren yaitu pergi tuk selama-lamanya.” Batin Aldo dalam hati, “Duk…duk…duk.” “Shiren, eh maaf aku kira Shiren ternyata kamu Ter.” Kata Aldo “Do, udah jangan nangis terus, walaupun kamu nangis Shiren nggak bakal balik.” Tere menasehati Aldo “Iya aku tahu tapi aku masih belum rela.”
                “Udah…udah, kita puang aja yuk nanti mamamu marah.” Mereka berjalan dengan pelan-pelan.”Eh, tunggu dulu.” Aldo mengambil hadiah ukiran nama Sherin dan Aldo dan di paku di dalam rumah pohon.” “Renal?apa itu?” Tanya Tere “Sherin Aldo.” Jawab Aldo “Oh…maaf?” “Ya nggak apa apa kok.”
                10 Tahun kemudian,
                “Eh…sini  kasih ke aku!” “Sini…sini…aku aja!” anak-anak bermain ceria di lapangan basket yang terletak di dekat rumah pohon. Ada seorang pemuda yang tampan sedang mengelus-elus sebuah benda yang terpaku di dinding dalam rumah pohon “Ren, lihat tempat ini jadi sangat rame berkat jasamu, kamu pasti senang ya di sana, tunggu aku ya Ren.” Ternyata pemuda itu adalah Aldo.Aldo telah menjadi pemuda yang tampan dan sukses juga tegar. Tapi setiap ingat Sherin pasti dia merasa bersalah dan menyesal. 

THE END :D





Tidak ada komentar:

Posting Komentar