Kali ni aku nge-post cerpen...
Tpi maaf ya klo cerpenya gaje, n jelek :
SELAMAT MEMBACA :D
Siang hari
ini udara sangat panas, terlihat dari kejauhan 2 orang anak sedang bermain
basket “Eh..sini cepet lempar bolanya!” Kata Shiren salah satu anak itu “Ni
masih berusaha tahu.” Jawab Aldo anak satunya lagi. “Ren…kayaknya mau hujan
nih, pulang yuk,nanti kehujanan lagi” “Halah, bilang aja kalau takut kalah!”
“Ya udah kalau mau hujan-hujanan terserah kamu, tapi aku mau pulang dulu, nanti
kamu bawa bolanya!” Sambil berjalan meninggalkan Shiren. “Ok…ok…ok ayo pulang,
tapi tungguin dulu dong!” Shiren mengambil bola basket dan berlari mengejar
Aldo yang sudah sangat jauh.
Di jalan suasana menjadi hening,
tiba-tiba “DUARR” “Aaaaa…” Shiren menutup telinga dan matanya, saat membuka
semula Aldo ada di sampingnya sudah nggak ada entah kemana. “Aldo…kamu dimana
aku takut ni.” Shiren memanggil manggil nama Aldo dengan cemberut dan kelihatan
akan menangis. Tiba-tiba ada yang menyentuh bahu Shiren “Waaa…….Hantuuuu!”
Shiren langsung berlari “Hei, Shiren ni aku Aldo.” Shiren lalu berhenti dan
melihat kebelakang, ternyata itu memeng Aldo.
“Ih, kamu tu ngaget ngagetin
aja.” “Kamu takut ya? Ih, masak gitu aja takut!” Aldo mengejek Shiren. “Nggak
kok.” Shiren menangapinya dengan biasa-biasa saja, biasanya kalau di ejek dia
marah habis habisan. Aldo melihat muka Shiren, dia merasa bersalah telah
membuat Shiren ketakutan sampai menangis. Tapi saat Aldo ingin minta maaf
Shiren langsung berlari. Malam itu hujan belum juga reda, ditambah lagi mati
lampu.
“Kukuruyuk…kukuruyuk…kukuruyuk”
bunyi alarm Aldo. Aldo segera bangun dan bersiap siap pergi ke sekolah. Dia
pergi ke sekolah naik sepeda. “Hai Do, sorry ya kemarin aku, Ririn, sama Brian
nggak basket soalnya ada tugas kelompok yang belum selesai, maaf ya.” Kata Tere
teman bermain basket sekaligus teman sekelas Aldo. “Ok, aku maafin! ngomong-ngomong
Shiren mana? “ Kata Aldo. “Ehm…ehm!” “Ih, ngapain sih kamu! Ini serius lo.”
“Shiren lagi sakit.” Jawab Tere.
Pulang sekolah Aldo, Tere,
Ririn, Brian menengok Shiren dengan membawa sekeranjang buah dan bronis kesukaan
Shiren.
Sebelum ke rumah Shiren, Aldo memberi
undangan ulang tahun kepada teman-temanya dengan dibantu Brian.
Suasana di rumah Shiren sangat
sepi, ternyata hari ini Shiren dibawa ke rumah sakit. Aldo bingung masak cuma
gara-gara kehujanan sampai dibawa ke rumah sakit. “Yah, gimana nih?” Kata Ririn
“Kalau mau ke RS sekarang aku sama Brian nggak bisa soalnya kita mau nyiapin
buat tugas drama besok.” Kata Tere.”Ok…ok…ok besok aja kita ke Rumah Sakitnya.”
Sambung Aldo. “Sip bos!”.
Di rumah Aldo di beritahu
mamanya kalau Shiren masuk Rumah Sakit, lalu Aldo berKata “Emang kenapa sih
Shiren itu Mam?” “Saat hujan kemarin dia belum pulang, kayaknya masih ke makam
neneknya, terus sakit deh.” Jawab mamanya “Tapi masak Cuma gitu aja sakit
sampai ke Rumah Sakit!” “Weh, kamu tu temanya malah nggak tahu! katanya tu saat
Shiren menuju ke rumahnya dia ketabrak motor.”
Setelah tahu apa yang terjadi
Aldo merasa dia sangat bersalah, kalau aja dia nggak nakut-nakutin Shiren pasti
Shiren nggak bakalan kaya gini.
Hari ini adalah hari ulang tahun
Aldo, tapi hari ini juga Aldo tidak bahagia. Ini semua karena dia masih
memikirkan Shiren, karena bagaimanapun juga Shiren adalah teman dari kecil dan
sudah dianggap sebagai adiknya sendiri.
Saat di jalan seperti ada yang
menutup mata Aldo dan membawanya ke sebuah tempat. Saat di buka ia melihat di
depanya ada sebuah lapangan basket dan terdapat rumah pohon. Saat ia melihat ke
belakang ternyata Shiren dan teman-teman lainya berdiri membawa sebuah kue dan
beberapa hadiah sambil menyanyikan lagu selamat ulang tahun.
Tapi langit kelihatanya sudah
mendung dan mereka memutuskan untuk berteduh di rumah pohon. “Eh, aku boleh
Tanya nggak.” Kata Aldo “Tanya apa?” “Siapa yang sudah buatin ini semua?” semua
teman-temanya Aldo menJawab “Shi…ren!” “Tapi kan katanya kamu sakit Ren” Aldo
bertanya “Aku nggak ingin melewatkan ulang tahun sahabatku.” Di rumah pohon itu ulang tahun Aldo menjadi
sangat meriah bahkan orang tuanya ikut merayakan.
Ketika semua sedang asyik
menikmati perayaan ulang tahun Aldo, Aldo dan Shiren berdiri di pinggir
lapangan dan berbincang-bincang .
“Ren, kok kamu takut petir sih?”
“Enggak kok! Masak aku takut sama petir nggak mungkin.” “Duarr” “Aaaaaaaaa….”
Shiren menjerit karena ada suara petir.”O…jadi nggak takut petir ya?” ejek
Aldo. “Ya aku ngaku, aku emang takut petir, itu karena dulu sewaktu aku masih
kecil aku melihat seseorang pernah tersambar petir, dan itu adalah nenekku
sendiri.”
Suasana menjadi hening sebentar
“Woy, kamu masih berani nggak ngelawan aku?” Kata Shiren “Ni udah mau hujan
lagi, nanti kamu sakit lagi deh.” Jawab Aldo “Aldo, kan udah ada rumah pohon!
Kita bisa berteduh di sana.” “Ya udah deh ayo.”
“Ah capek, udah dulu yuk?” keluh
Aldo, “Hah, cuma gitu 1 jam aja belum ada udah capek,ya udah deh istirahat aja,
aku mau nyampein sesuatu sama kamu. ” “Nyampein apa?” Sesaat kemudian Shiren mengeluarkan
benda berbentuk hati yang berukirkan sebuah nama.”Renal apa tuh?” Tanya Aldo
“Renal itu Shiren Aldo.” Jawab Shiren “O…jadi kamu suka aku ya?” ledek Aldo
“Euyh, nggak mungkin lah!” “La kalau gitu buat apa?” Shiren mulai menjelaskan
sambil menunjuk-nunjuk benda berbentuk hati itu“Gini lo, anggap aja ini aku dan
kamu, dan seandainya aku pergi nanti kamu nggak usah nangis, soalnya aku masih
ada di hati mu, makanya aku buat nama kita di hati ini.” (sambil menunjuk
tulisan di benda berbentuk hati itu)
Di malam yang sunyi ini Aldo
nggak bisa tidur, entah kenapa ia terus memikirkan Shiren. Dia berfikir bahwa
hari ini hari yang sangat menakjubkan. Tapi belum sempat dia membayangkan
hal-hal yang dilakukan dia hari ini suara telepon berbunyi. “Halo.” “Halo,
apakah ini Aldo” “Iya, pasti ini Shiren?” “Em…iya, Do, aku udah siap untuk
pergi, jangan lupa kata-kataku tadi ya.” “Pergi kemana?..eh halo….halo…halo, di
tutup.”
Di pagi yang cerah Aldo harus
menikmatinya dengan kesedihan karena sahabatnya Shiren telah meninggal, dia
tidak pecaya mendengar kabar itu tapi bagaimanapun juga itu benar benar
terjadi. Setelah pemakaman ia datang ke tempat dimana biasanya mereka bermain
yaitu di rumah pohon.
“Jadi ternyata arti pergi yang
diucapkan Shiren yaitu pergi tuk selama-lamanya.” Batin Aldo dalam hati,
“Duk…duk…duk.” “Shiren, eh maaf aku kira Shiren ternyata kamu Ter.” Kata Aldo
“Do, udah jangan nangis terus, walaupun kamu nangis Shiren nggak bakal balik.”
Tere menasehati Aldo “Iya aku tahu tapi aku masih belum rela.”
“Udah…udah, kita puang aja yuk
nanti mamamu marah.” Mereka berjalan dengan pelan-pelan.”Eh, tunggu dulu.” Aldo
mengambil hadiah ukiran nama Sherin dan Aldo dan di paku di dalam rumah pohon.”
“Renal?apa itu?” Tanya Tere “Sherin Aldo.” Jawab Aldo “Oh…maaf?” “Ya nggak apa
apa kok.”
10 Tahun kemudian,
“Eh…sini kasih ke aku!” “Sini…sini…aku aja!” anak-anak
bermain ceria di lapangan basket yang terletak di dekat rumah pohon. Ada
seorang pemuda yang tampan sedang mengelus-elus sebuah benda yang terpaku di
dinding dalam rumah pohon “Ren, lihat tempat ini jadi sangat rame berkat
jasamu, kamu pasti senang ya di sana, tunggu aku ya Ren.” Ternyata pemuda itu
adalah Aldo.Aldo telah menjadi pemuda yang tampan dan sukses juga tegar. Tapi
setiap ingat Sherin pasti dia merasa bersalah dan menyesal.
THE END :D
Tidak ada komentar:
Posting Komentar